Sabtu, 23 Mei 2009

KEBERADAAN WANITA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA DI PEDESAAN

KEBERADAAN WANITA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA DI PEDESAAN
Oleh: Eni Setyowati, S.Pd., MM


Ikut sertanya wanita dalam menopang perekonomian keluarga sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Kesempatan kerja wanita sudah terbuka lebar hampir tidak ada tempat dimana wanita tidak boleh masuk dalam lapangan kerja, kecuali pekerjaan yang membutuhkan fisik yang sangat kuat di luar kodrat dan jangkauan wanita. Terbukti dimana-mana dapat dilihat dan ditemukan pekerjaan-pekerjaan wanita dalam berbagai bidang pekerjaan dan kedudukan.
Namun di dalam berbagai bidang pekerjaan terutama di pedesaan, masih terdapat berbagai kendala yang merupakan pembatasan bagi kaum wanita dalam menambah penghasilan antara lain:
a. Bidang Pertanian
Secara perlahan tapi pasti banyak pekerjaan wanita diambil alih oleh pria. Misalnya dalam kegiatan menumbuk padi, yang sebelumnya merupakan pekerjaan monopoli bagi wanita pedesaan, selanjutnya hampir sepenuhnya diambil alih oleh HULLER. Menurut data BPS, teknologi huller ini telah menyebabkan hilangnya pekerjaan bagi 100.000 sampai dengan 160.000 tenaga kerja wanita pedesaan.
b. Bidang Industri
Industri kecil yang semula menjadi tumpuan ekonomi pedesaan karena dapat menyerap sejumlah tenaga wanita, baik itu kerajinan rumah tangga, tekstil/tenun dan lain-lain telah menghadapi saingan dari produk pada industri yang sama dengan alat dan modal yang lebih modern.
c. Bidang di luar Pertanian dan Industri
Sebenarnya kaum wanita di pedesaan telah mencoba untuk mencari sumber pendapatan lain baik di bidang peternakan maupun lainnya, namun kendala-kendala yang dihadapi antara lain modal, pemasaran, serta ketrampilan yang sesuai dengan permintaan pasar.
Perubahan keadaan perekonomian dalam masyarakat pedesaan karena meledaknya jumlah penduduk dan masuknya teknologi baru, menyebabkan perubahan pada pola curahan tenaga kerja wanita, khususnya bagi mereka yang tidak mampu dan tidak mempunyai ketrampilan. Makin sempitnya kesempatan wanita di sektor pertanian antara lain dapat dilihat dengan adanya wanita-wanita desa yang lebih leluasa bergerak di pasar-pasar sebagai pedagang kecil ataupun sebagai buruh dalam industri-industri rumah tangga.
Bagi wanita yang sudah berkeluarga, maka ada 5 tugas pokok (panca tugas utama) yang harus dijalankan oleh kaum wanita yaitu:
1. Sebagai seorang istri, supaya dapat mendampingi suami untuk bersama¬-sama membina keluarga yang bahagia.
2. Sebagai ibu pendidik dan pembina generasi muda, supaya anak-anak dibekali rohani maupun jasmani dalam menghadapi tanatangan jaman.
3. Sebagai ibu pengatur rumah tangga, supaya rumah tangga merupakan tempat yang aman dan tenteram.
4. Sebagai tenaga kerja profesi, bekerja di pemerintahan, perusahaan swasta, dunia politik, berwiraswasta dan lain-lain.
5. Sebagai anggota organisasi masyarakat, terutama organisasi wanita, badan sosial dan sebagainya.
Di dalam masyarakat pedesaan, terutama di Jawa, rumah tangga masih merupakan kesatuan unit produksi. Di samping itu rumah tangga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai unit konsumsi, unit interaksi sosial ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena tekanan ekonomi’ tidak sedikit kaum wanita pedesaan yang bekerja membantu suami mencari nafkah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya. Tetapi mengingat sebagian pendidikan mereka masih rendah, maka lapangan kerja yang banyak menampung mereka adalah di sektor pertanian, yaitu menjadi buruh tani. Yang dihadapi wanita pedesaan pada umumnya adalah:
a. Bagaimana meningkatkan penghasilan keluarga
b. Bagaimana meningkatkan gizi dan kesehatan
c. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Masalah tersebut merupakan faktor penghambat bagi wanita pedesaan untuk berperan secara nyata dalam pembangunan, terutama dalam usaha membentuk keluarga sejahtera yang merupakan perwujudan dari pembangunan nasional pada umumnya dan perubahan masyarakat pada khususnya.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan penulis tentang keberadaan wanita dalam kehidupan keluarga di pedesaan diperoleh kenyataan:
a. Pekerjaan wanita mempunyai pengaruh terhadap pendapatan keluarga
b. Bidang pertanian dan perdagangan serta jasa merupakan pekerjaan yang dominan dilakukan oleh wanita pedesaan
c. Diversifikasi pekerjaan wanita masih sulit terlaksana karena kenyataannya mereka masih menjalani dan memenuhi pekerjaan secara turun temurun.

KEBERADAAN WANITA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA DI PEDESAAN

KEBERADAAN WANITA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA DI PEDESAAN
Oleh: Eni Setyowati, S.Pd., MM


Ikut sertanya wanita dalam menopang perekonomian keluarga sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Kesempatan kerja wanita sudah terbuka lebar hampir tidak ada tempat dimana wanita tidak boleh masuk dalam lapangan kerja, kecuali pekerjaan yang membutuhkan fisik yang sangat kuat di luar kodrat dan jangkauan wanita. Terbukti dimana-mana dapat dilihat dan ditemukan pekerjaan-pekerjaan wanita dalam berbagai bidang pekerjaan dan kedudukan.
Namun di dalam berbagai bidang pekerjaan terutama di pedesaan, masih terdapat berbagai kendala yang merupakan pembatasan bagi kaum wanita dalam menambah penghasilan antara lain:
a. Bidang Pertanian
Secara perlahan tapi pasti banyak pekerjaan wanita diambil alih oleh pria. Misalnya dalam kegiatan menumbuk padi, yang sebelumnya merupakan pekerjaan monopoli bagi wanita pedesaan, selanjutnya hampir sepenuhnya diambil alih oleh HULLER. Menurut data BPS, teknologi huller ini telah menyebabkan hilangnya pekerjaan bagi 100.000 sampai dengan 160.000 tenaga kerja wanita pedesaan.
b. Bidang Industri
Industri kecil yang semula menjadi tumpuan ekonomi pedesaan karena dapat menyerap sejumlah tenaga wanita, baik itu kerajinan rumah tangga, tekstil/tenun dan lain-lain telah menghadapi saingan dari produk pada industri yang sama dengan alat dan modal yang lebih modern.
c. Bidang di luar Pertanian dan Industri
Sebenarnya kaum wanita di pedesaan telah mencoba untuk mencari sumber pendapatan lain baik di bidang peternakan maupun lainnya, namun kendala-kendala yang dihadapi antara lain modal, pemasaran, serta ketrampilan yang sesuai dengan permintaan pasar.
Perubahan keadaan perekonomian dalam masyarakat pedesaan karena meledaknya jumlah penduduk dan masuknya teknologi baru, menyebabkan perubahan pada pola curahan tenaga kerja wanita, khususnya bagi mereka yang tidak mampu dan tidak mempunyai ketrampilan. Makin sempitnya kesempatan wanita di sektor pertanian antara lain dapat dilihat dengan adanya wanita-wanita desa yang lebih leluasa bergerak di pasar-pasar sebagai pedagang kecil ataupun sebagai buruh dalam industri-industri rumah tangga.
Bagi wanita yang sudah berkeluarga, maka ada 5 tugas pokok (panca tugas utama) yang harus dijalankan oleh kaum wanita yaitu:
1. Sebagai seorang istri, supaya dapat mendampingi suami untuk bersama¬-sama membina keluarga yang bahagia.
2. Sebagai ibu pendidik dan pembina generasi muda, supaya anak-anak dibekali rohani maupun jasmani dalam menghadapi tanatangan jaman.
3. Sebagai ibu pengatur rumah tangga, supaya rumah tangga merupakan tempat yang aman dan tenteram.
4. Sebagai tenaga kerja profesi, bekerja di pemerintahan, perusahaan swasta, dunia politik, berwiraswasta dan lain-lain.
5. Sebagai anggota organisasi masyarakat, terutama organisasi wanita, badan sosial dan sebagainya.
Di dalam masyarakat pedesaan, terutama di Jawa, rumah tangga masih merupakan kesatuan unit produksi. Di samping itu rumah tangga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai unit konsumsi, unit interaksi sosial ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena tekanan ekonomi’ tidak sedikit kaum wanita pedesaan yang bekerja membantu suami mencari nafkah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya. Tetapi mengingat sebagian pendidikan mereka masih rendah, maka lapangan kerja yang banyak menampung mereka adalah di sektor pertanian, yaitu menjadi buruh tani. Yang dihadapi wanita pedesaan pada umumnya adalah:
a. Bagaimana meningkatkan penghasilan keluarga
b. Bagaimana meningkatkan gizi dan kesehatan
c. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Masalah tersebut merupakan faktor penghambat bagi wanita pedesaan untuk berperan secara nyata dalam pembangunan, terutama dalam usaha membentuk keluarga sejahtera yang merupakan perwujudan dari pembangunan nasional pada umumnya dan perubahan masyarakat pada khususnya.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan penulis tentang keberadaan wanita dalam kehidupan keluarga di pedesaan diperoleh kenyataan:
a. Pekerjaan wanita mempunyai pengaruh terhadap pendapatan keluarga
b. Bidang pertanian dan perdagangan serta jasa merupakan pekerjaan yang dominan dilakukan oleh wanita pedesaan
c. Diversifikasi pekerjaan wanita masih sulit terlaksana karena kenyataannya mereka masih menjalani dan memenuhi pekerjaan secara turun temurun.

TIDAK LULUS KARENA NILAI MATEMATIKA DIBAWAH STANDAR? “TUMBUHKAN MINAT DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA”

TIDAK LULUS KARENA NILAI MATEMATIKA DIBAWAH STANDAR?
“TUMBUHKAN MINAT DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA”

by: Eni Setyowati

Di dalam dunia pendidikan, kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan ditekankan dan diarahkan pada usaha-usaha untuk lebih meningkatkan pelaksanaannya di berbagai program pendidikan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah peningkatan standar nilai ujian nasional dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun ini nilai minimal adalah lima. Hal ini tentunya menjadi masalah yang sangat menakutkan bagi siswa-siswi yang akan menghadapi ujian akhir yang tinggal beberapa bulan lagi.
Dari berbagai pengalaman yang ada ternyata yang menyebabkan kegagalan siswa adalah pada mata pelajaran Matematika. Pada sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran Matematika menjaid momok bagi mereka. Apakah yang menyebabkan hal tersebut? Apakah Matematika memang pelajaran yang sulit? Apakah guru salah dalam metode mengajar Matematika? atau Apakah memang siswa yang tidak bisa? Siapakah yang salah?
Untuk menjawab pertanyaan di atas sebenarnya siswa harus tahu dulu apakah sebenarnya Matematika itu? Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik tertentu bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Secara sederhana Matematika itu berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarki dengan penalarannya sehingga dalam mempelajari Matematika tidak cukup hanya dengan membacanya saja. Suatu teorema, dalil, sifat ataupun suatu definisi untuk dapat memahaminya memerlukan waktu dan ketekunan.
Dengan memahami pengertian Matematika di atas tentunya akan membantu siswa untuk mengembangkan minat dan kebiasaan belajar Matematika. Minat merupakan kondisi kejiwaan seseorang yang bersifat subyektif yang berhubungan dengan emosi dan kehendak maka muncul perasaan senang dan tidak senang sehingga individu tersebut harus mempunyai kesiapan mental untuk menghadapi tugas yang harus dipelajari. Oleh karena itu untuk mengembangkan minat terhadap Matematika perlu adanya motivasi dan motivasi ini perlu ditumbuhkan sejak dari anak-anak.
Apabila minat sudah tumbuh dari diri seseorang maka akan menumbuhan kebiasaan belajar yang baik dan menyenangkan. Cara belajar yang baik dan menyenangkan yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai prestasi dan tujuan belajar harus dikenal, dipakai, dan diterapkan oleh siswa sehingga menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan sejak lahir tetapi setiap orang dapat membentuk kebiasaan belajar sehingga tidak ada yang sama dalam belajar maupun pemahaman metode. Kebiasaan sebenarnya merupakan pengulangan aktivitas sejenis dengan pertimbangan dan fungsi akal seminimal mungkin dengan melatih diri agar melakukan kegiatan tertentu secara teratur.
Karena dalam mempelajari Matematika memerlukan waktu dan ketekunan maka diperlukan suatu kebiasaan belajar Matematika yang baik, bahkan kalau perlu harus berulang-ulang sehingga memahami maknanya. Memahami konsep Matematika perlu pula memperhatikan konsep-konsep sebelumnya, kerena Matematika tersusun secara hirarkis yang satu sama lainnya berkaitan erat. Konsep lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami dengan baik konsep sebelumnya. Ini berarti belajar Matematika harus berurutan secara sistematis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh prestasi yang baik khususnya dalam Matematika siswa diharapkan mempunyai minat terhadap Matematika lebih dahulu dan melatih kebiasaan belajar Matematika. Hal ini telah dibuktikan oleh penulis dalam penelitiannya, bahwa prestasi Matematika dipengaruhi secara signifikan oleh minat dan kebiasaan belajar, karena minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat yang timbulnya dari kebutuhan merupakan faktor pendorong dalam melakukan usahanya. Baru setelah seseorang punya minat terhadap sesuatu secara otomatis seseorang akan melakukan kebiasaan yang baik sesuai minatnya tersebut.


Penulis adalah Dosen STAIN Tulungagung

Dasar-Dasar Manajemen

Dasar-Dasar Manajemen
By: Eni Setyowati, SP., MM

Konsep Dasar Manajemen
1. Manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, mengarah-kan, mengoordinasikan serta mengawasi kegiatan mencapai secara efisien dan efektif tujuan organisasi.
2. Proses manajemen dilakukan oleh manajemen bawah, menengah dan puncak.
3. Manajemen dalam pengertian orang menjalankan peranan melakukan hubungan pribadi, pemberi informasi dan pengambil keputusan.
4. Manajemen harus berketerampilan konseptual, manusiawi, dan teknis.

Sejarah Manajemen
1. Manajemen dapat dianggap sebagai suatu seni atau ilmu atau profesi.
2. Manajemen sukses ada semenjak tahun 5000 SM dan berkembang terus sampai saat ini melalui pendekatan klasik, perilaku kuantitatif dan modern.
3. Perkembangan terakhir manajemen berupa pemikiran tentang kriteria sukses dari perusahaan konsultan McKinsey.
Konsep Manajemen Masa Depan
1. Manajemen masa depan bertujuan meningkatkan ROI, produktivitas dan kualitas hidup manusia.
2. Manajemen masa depan mendasarkan tindakannya pada aspek kuantitatif dan perilaku manusia.
3. Manajemen masa depan akan menghadapi isu inflasi, sumber daya yang makin langka, nilai sosial budaya masyarakat, teknologi, hubungan karyawan dan manajemen, etika dan tanggung jawab sosial, konflik-konflik dan globalisasi.
4. Manajemen masa depan akan menghadapi masalah yang datang dari sektor industri dengan jasa dan untuk itu perlu informasi yang dicari dengan sistem informasi manajemen yang baik.

Tujuan Organisasi
1. Tujuan organisasi penting dan perlu sebagai alat pemersatu kegiatan anggota organisasi.
2. Manajemen berdasar tujuan perlu diketahui dan dihayati orang sehingga apa yang dikerjakan orang itu jelas, melibatkan semua orang, koordinasi tercapai, kegiatan terintegrasi, penilaian mudah.
3. Pelaksanaan Manajemen Berdasarkan Tujuan berdasarkan keper-cayaan kemampuan dan dukungan.
4. Manajemen Berdasar Tujuan ada manfaat dan kelemahannya.
Strategi, Kebijakan, Program dan Taktik
1. Setelah tujuan ditentukan langkah berikut yang perlu diambil oleh manajemen ialah menetapkan strategi, kebijaksanaan dan taktik untuk pencapaian tujuan tersebut.
2. Strategi merupakan garis besar haluan organisasi. Kebijaksanaan menerjemahkan strategi dan taktik merupakan pelaksanaan strategi dan kebijaksanaan menghadapi situasi dan kondisi setempat.
3. Tujuan, strategi, kebijaksanaan dan taktik digariskan berdasarkan proses pengambilan keputusan yang ilmiah, yang merupakan bagian proses perencanaan.
4. Strategi dan kebijaksanaan dapat dipilih dan banyak variasinya.

Batasan Perencanaan
1. Perencanaan dan rencana bermanfaat bagi manajemen.
2. Bagaimanapun juga perencanaan itu mungkin didasarkan prakiraan yang tak handal, masalah yang sama tak akan berulang kembali, cenderung kaku, mahal, dan perlu waktu.
3. Namun, hal yang disebut pada butir 2) dapat dihindari.
________________________________________
Teori Organisasi Klasik
1. Konsep tentang organisasi perlu diketahui dan dihayati agar kita memaklumi latar belakang adanya organisasi dan ikut mengembangkannya.
2. Konsep organisasi dibedakan ke dalam konsep klasik, neoklasik dan modern.
3. Konsep klasik terdiri atas konsep birokrasi, administrasi dan manajemen ilmiah.
4. Konsep birokrasi berakar pada konsep program rasional, sistem dan prosedur dan hubungan formal yang tidak personal. Konsep administrasi didasarkan pada disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, kepentingan umum, balas jasa, sentralisasi, rantai skalar, keadilan, stabilitas, inisiatif, dan semangat korps. Manajemen ilmiah berdasar kaidah dasar manajemen, yaitu penggunaan metode ilmiah, seleksi dan latihan ilmiah dan pengembangan karyawan secara ilmiah, pendekatan karyawan oleh manajer.

Teori Organisasi Neoklasik
1. Teori organisasi neoklasik mendekati organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama.
2. Teori organisasi neoklasik hasil “pembenahan” teori organisasi klasik dengan unsur manusiawi lebih ditonjolkan.
3. Pembenahan meliputi aspek pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur organisasi, rentang kendali, di samping itu dimunculkan konsep tentang organisasi informal.

Teori Organisasi Modern
1. Teori organisasi modern merupakan teori yang mendekati masalah sebagai suatu sistem keseluruhan, memperhatikan berbagai variabel dan memahami proses dinamis.
2. Teori modern membicarakan keterkaitan bagian dalam sistem dan hubungan sistem dengan lingkungannya.
3. Menurut teori modern, organisasi terdiri dari bagian yang tersusun dalam sistem di mana orang di dalamnya berinteraksi mencapai tujuan.
Fungsi dalam Organisasi
1. Organisasi atau badan usaha dijalankan dengan berdasarkan fungsi. Dengan semakin kompleksnya organisasi maka pencapaian tujuan harus dilaksanakan oleh fungsi yang dipecah. Diferensiasi fungsional ke bawah menunjang usaha ini. Proses ini dikenal dengan nama fungsi garis.
2. Dengan makin berkembangnya perusahaan, kekompleksan fungsi yang perlu untuk melaksanakan tugas berkembang lebih cepat sehingga manajemen perlu bantuan melalui spesialisasi fungsi yang disebut staf. Penciptaan fungsi staf atau fungsi sekunder ini dengan mendiferensiasikan kegiatan ke luar dari rantai komando. Fungsi staf membantu dan memperlancar kerja fungsi garis.
3. Agar fungsi staf bermanfaat, harus jelas fungsinya, dibatasi jumlahnya, tugas pimpinan memang meningkat, staf diberi informasi yang diperlukan, diminta membuat, dan didorong berinisiatif.
4. Wewenang fungsional adalah izin menyiapkan dan mengharuskan perintah bertalian dengan aspek tertentu, inisiatif datang dari pimpinan sendiri dan wewenang ini mempercepat pelaksanaan tugas.

Hubungan dalam Organisasi
1. Tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang yang diberikan padanya sesuai dengan kemampuan dan arahan yang apabila tidak dijalankan akan menimbulkan rasa kegagalan. Dasar pemberian tanggung jawab adalah harus lengkap tak boleh ada kesenjangan, tumpang tindih dan pecahnya perhatian.
2. Wewenang adalah turunan dari tanggung jawab; wewenang adalah kekuasaan untuk bertindak.
3. Pelaporan adalah aspek ketiga dari hubungan dan berupa wajib memberitahu atau wajib jawab atas hasil atau prestasi kerja seseorang. Pelaporan merupakan turunan tanggung jawab dan wewenang.
Pengertian dan Ruang Lingkup Kepemimpinan
1. Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok orang agar tujuan tercapai.
2. Struktur harus mengikuti strategi sesuai dengan teknologi organisasi dan lingkungan luar serta mengakomodasi orang di dalam sistem dan harus pula mengakomodasi besar organisasi.
3. Komponen struktur adalah spesialisasi, delegasi dan koordinasi.
4. Ada struktur formal, informal. Ada pula struktur mekanistik dan organik, serta struktur lain.
Pengarahan
1. Pengarahan merupakan langkah penting antara persiapan dan kegiatan operasi; pengarahan merupakan pemberian perintah, menunjukkan pada bawahan apa yang harus dikerjakan.
2. Karakteristik perintah ialah (a) agar dituruti maka perintah harus beralasan, (b) perintah harus lengkap tentang apa yang harus dikerjakan dan kapan, (c) perintah harus jelas bagi mereka yang akan mengerjakannya.
3. Perintah tertulis perlu apabila, meliputi banyak orang, pelaksana-annya memakan waktu, masalahnya kompleks dan rinci, dan perlu pengawasan tentang pelaksanaan atau perlu diakhiri kalau tak dibutuhkan lagi.
4. Proses pengarahan dapat disederhanakan dengan adanya praktik standar dan indoktrinasi.
5. Pengarahan konsultatif ideal, namun perlu dijaga dampak negatifnya.
Pengkoordinasian
1. Koordinasi diperlukan agar segala kegiatan sinkron terpadu tertuju pada pencapaian tujuan bersama.
2. Koordinasi didapat dengan menyederhanakan organisasi, strategi-kebijaksanaan-program yang harmonis, metode komunikasi yang baik, koordinasi sukarela dan supervisi.
3. Koordinasi dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal di dalam organisasi yang formal dan yang informal.

Komunikasi Motivasi dan Kepemimpinan
1. Komunikasi dan motivasi merupakan faktor penentu kepemimpinan. Mereka yang menjalankan komunikasi dan motivasi yang baik terjamin akan menjadi pemimpin yang baik pula.
2. Komunikasi yang efektif memerlukan persyaratan tertentu, yaitu orang harus mendengarkan, memberikan umpan balik, langsung pada masalahnya, menggambarkan situasi dan meringkas.
3. Motivasi yang baik menciptakan iklim di mana orang akan selalu bersedia mengikuti apa yang dikehendaki dari mereka dan meningkatkan prestasi dan kepuasan bekerjanya.
4. Kepuasan bekerja tercapai melalui pemenuhan kebutuhan yang beraneka ragam baik fisik, keamanan, sosial, penghargaan dan penyatuan diri. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu menciptakan kelompok dinamis, menghindari isolasi organisasi, memperkaya jabatan, menyusun kembali arus kerja, memecah peranan yang sudah mapan, memberikan status, desentralisasi dan menyeimbangkan kebebasan dan ketertiban.
Proses Pengawasan
1. Pengawasan adalah usaha menetapkan standar, melakukan pemeriksaan hasil, pembandingan hasil dengan standar, penentuan penyimpangan dan tindakan perbaikan.
2. Apabila tak ada penyimpangan, dilakukan tindakan mempertahan-kan situasi (maintain the situation); apabila ada penyimpangan dilakukan maka digunakan manajemen pengecualian dengan tindakan perbaikan bila penyimpangan adalah masalah dan tindakan mengambil kesempatan yang terbuka bila situasi yang dihadapi memberikan kesempatan.
3. Pengawasan dapat intern (disiplin diri dan latihan tanggung jawab) dan ekstern (pengawasan prakegiatan, pengarahan, ya/tidak dan pasca-kegiatan).
4. Pengawasan bertalian erat dengan perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengkoordinasian.
5. Pengawasan perlu agar kita dapat menanggulangi kesulitan yang timbul karena adanya perubahan, kekompleksan sistem, kesalahan, dan delegasi.
6. Hal yang penting dalam pengawasan adalah keseimbangan antara kebebasan individual dengan pengawasan organisatoris.
Metode Pengawasan
1. Metode pengawasan itu berjenis-jenis dan dapat diterapkan pada masukan, proses dan keluaran.
2. Metode pengawasan yang dimaksud terdiri atas metode pengawasan prakegiatan, selama kegiatan, pasca-kegiatan, penilaian kerja, pembayaran dan imbalan, MBO, karyawan dan kedisiplinan, berdasar anggaran dan sistem informasi.


Pengawasan yang Efektif
1. Pengawasan saja tidak cukup, karena reaksi manusia selalu negatif terhadapnya.
2. Pengawasan harus efektif dan persyaratan untuk itu perlu dipenuhi
Lingkungan Organisasi Bisnis
1. Lingkungan organisasi atau bisnis mempengaruhi kegiatan organisasi atau bisnis baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu, lingkungan organisasi yang terdiri atas lingkungan ideologi, politik-hukum, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan pertahanan-keamanan perlu diperhatikan dalam arti hal yang sifatnya kritis, berubah dan dampaknya perlu diidentifikasi, dipantau dan diramalkan oleh para pengelola organisasi dan bisnis.
2. Lingkungan ini selalu berubah, dinamis sifatnya sehingga harus selalu diwaspadai setiap waktu.
Konflik
1. Konflik itu bermacam-macam, sumbernya pun bermacam-macam.
2. Konflik perlu dikelola dengan baik agar tidak merugikan jalannya perusahaan. Teknik pengelolaan konflik adalah (a) penyelesaian soal atau konfrontasi, (b) adanya tujuan yang di atas segala-galanya, (c) penambahan sumber daya, (d) penghindaran, (e) penghalusan, (f) kompromi, (g) pemaksaan, dan (h) pengubahan struktur organisasi.
3. Kadang-kadang konflik perlu distimulasi, yaitu dengan (a) mengubah struktur organisasi, (b) komunikasi, (c) menggunakan orang luar, (d) meningkatkan persaingan, dan (e) menunjuk orang sebagai pemrakarsa pendapat yang selalu beda dengan konsensus.
Manajemen Perubahan
1. Kekuatan intern dan ekstern menciptakan kebutuhan akan perubahan yang mungkin diterima, mungkin juga mengalami hambatan karena satu dan lain hal.
2. Perubahan dapat terjadi pada orang, struktur, teknologi, dan masyarakat.
3. Proses perubahan melalui langkah tertentu.
4. Perubahan memerlukan iklim tertentu demi tumbuh suburnya faktor perubahan, yaitu disiplin inisiatif, kreativitas dan inovasi.

Sistem Informasi Manajemen (SIM)
1. SIM penting dan perlu karena memberikan informasi bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
2. Rancang bangun SIM didasarkan pada analisis terhadap permintaan dan penawaran akan informasi.
3. Informasi yang baik adalah yang uniform, lengkap, jelas dan tepat waktu tersedianya.
4. SIM yang efektif apabila memperlancar pencapaian tujuan organisasi, dimanfaatkan anggota organisasi, berkualitas teknis, mendapatkan dukungan dan partisipasi manajemen serta semua anggota terlibat dalam perancangan bangunnya.

Sistem Pemantauan dan Penilaian Manajemen
1. SPPM adalah sistem untuk melihat apa yang terjadi, menganalisis dan mendiagnosisnya serta mengukur hasil yang dibandingkan dengan standar ukuran tertentu.
2. SPPM perlu agar segala sesuatu yang dilakukan itu terkoordinasikan, terintegrasikan dan sinkron. Hal yang dicari adalah konsistensi, sumber daya cukup, perkiraan keadaan lingkungan, pencapaian tujuan, dan rencana yang berkelanjutan.
3. SPPM menggunakan kriteria yang kuantitatif dan kualitatif. Kriteria kuantitatif berwujud, sedang kriteria kualitatif adalah konsistensi, ketepatan dan dapat dilaksanakan.
4. Isu penting dalam SPPM adalah kapan penilaian dilakukan, siapa yang dinilai, di mana dan berapa banyak penilaian dilakukan. Selain itu SPPM harus menghasilkan informasi tepat waktu.

Sistem Pengawasan Manajemen
1. SPM adalah proses dan struktur sistematika yang terorganisasi yang dipakai manajemen dalam usahanya mengawasi; ini mencakup segala metode, prosedur, dan sarana yang menjamin segala sesuatu sesuai dengan tujuan, strategi, kebijaksanaan dan program organisasi.
2. Komponen pengawasan itu adalah sensor, selector, effector dan jaringan komunikasi.
3. Proses SPM adalah pembuatan program, anggaran, operasi dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis.
Manajemen Bisnis Kecil, Sedang/Menengah dan Besar
1. Bisnis kecil adalah bisnis dengan karyawan sebanyak 5 - 19 orang, bisnis sedang/menengah mempekerjakan 20 - 99 karyawan, dan bisnis besar mempunyai 100 karyawan atau lebih.
2. Perencanaan pada bisnis kecil sifatnya jangka pendek, pada bisnis sedang/menengah perencanaannya jangka menengah, sedang pada bisnis besar perencanaannya sifatnya jangka panjang.
3. Organisasi pada bisnis kecil sifatnya sederhana, organisasi pada bisnis sedang/menengah bersifat fungsional, sedang pada bisnis besar organisasinya bersifat divisional.
4. Pengarahan, koordinasi dan pengawasan pada bisnis kecil dilakukan oleh pemilik bisnis; pada bisnis sedang/menengah dan besar, pengarahan, koordinasi dan pengawasan berdasarkan sistem.
Manajemen Bisnis Internasional
1. Bisnis internasional atau badan usaha multinasional adalah perusahaan yang mengadakan kegiatan di dua negara atau lebih secara bersamaan.
2. Alasan melakukan kegiatan di negara lain adalah mendapatkan laba, memperluas pasar, mendapatkan bahan, memperoleh dana dan mendapatkan tenaga kerja dengan upah yang murah.
3. Kegiatan yang dilakukan beraneka ragam: impor-ekspor, lisensi, kontrak manajemen, perusahaan patungan (joint ventures), pendirian cabang.
4. Di dalam melakukan bisnis mereka mengkaji lingkungannya, mengidentifikasi perbedaan, mengubah konsep manajemen, melaksanakan perubahan dan adaptif.
5. Bisnis internasional menjalankan fungsi manajemen pada peringkat yang maju, seperti perencanaan jangka panjang, organisasi berdasar divisi, pengarahan dan koordinasi serta pengawasan berdasar sistem yang canggih.




Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Bisnis dan Good Corporate Governance
1. Etika bisnis adalah standar dan prinsip yang menjadi pedoman tindakan dan putusan manajer, serta menentukan apakah tindakan dan putusan itu baik atau buruk, benar atau salah secara moral.
2. Tanggung jawab sosial bisnis adalah kewajiban bisnis bertindak dengan cara memperhatikan dan melayani kepentingan organisasi sendiri dan kepentingan publik.
3. Tanggung jawab sosial bisnis dilakukan oleh manajer yang memiliki etika bisnis yang tinggi.
4. Etika bisnis yang tinggi dapat dimiliki oleh para manajer yang diseleksi dengan baik, yang melakukan tindakan berdasar kode etika, melakukan kepemimpinan/keteladanan yang baik, berkiblat pada tujuan, GCG, mendapatkan pelatihan etika, dinilai secara komprehensif, diaudit sosial dan mempunyai penasihat yang baik.

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN STRUKTUR DAN PERILAKU AGRIBISNIS SAAT INI

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN
STRUKTUR DAN PERILAKU AGRIBISNIS SAAT INI

Oleh:
Eni Setyowati, SP., MM.

Pembangunan pertanian pada saat ini menghadapi tantangan yang semakin ketat dan komplek, terutama dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang berkembang secara cepat dan dinamis. Dengan terbentuknya WTO dan adanya kesepakatan negara kawasan seperti AFTA (2003), APEC (2020), NAFTA, MEE, mau atau tidak, suka atau tidak, agribisnis dan pembangunan sektor pertanian tidak akan dapat menghindari diri dari arus globalisasi yang makin kompetitif. Agribisnis akan menghadapi tantangan, karena:
a. Agribisnis domestik harus dapat hidup mandiri tanpa bantuan subsidi dan proteksi pemerintah.
b. Agribisnis domestik harus siap menghadapi persaigan terbuka dengan perusahaan luar negeri.
c. Instrumen kebijakan pembangunan pertanian harus disesuaikan dari yang bersifat bantuan dan proteksi langsung (subsidi, dukungan harga, tarif, kuota) ke yang bersifat fasilitator dan bimbingan (pembangunan prasarana, riset, penyuluhan, informasi pasar).
Masyarakat agribisnis juga akan menghadapi tantangan sulitnya transfer teknologi dari luar negeri, karena adanya regulasi hak milik intelektual. Masyarakat agribisnis akan dihadapkan pada suatu keharusan memulai dan terus memperkuat upaya-upaya penelitian dan pengembangan sendiri.
Disamping berbagai tantangan yang harus dihadapi, pertanian kita juga mengalami masalah karena usahatani kita lebih dicirikan oleh usahatani keluarga dan bukan usahatani industrial.
Pengetrapan teknologi dalam usahatani ternyata juga mengalami penurunan, yang dapat dilihat pada penggunaan saprodi yang kurang efisien dan tidak sesuai anjuran, sehingga perkembangan peningkatan produktivitas sangat lambat.
Dukungan permodalan, melalui kebijaksanaan Pemerintah di bidang perkreditan selama ini ternyata juga masih bersifat umum, sedangkan dalam hal tertentu kredit pertanian sebenarnya memerlukan kebijaksanaan yang bersifat spesifik. Selain kredit yang bisa dimanfaatkan seperti KUK, KKPA, KUT, tingkat suku bunganya relatif tinggi untuk mengembangkan agribisnis yang kompetitif. Alternatif permodalan lain seperti penyisihan keuntungan BUMN dan yang lain juga belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena berbagai kendala.
Pewilayahan komoditas yang terkesan tumpang tindih dan penyebarannya tidak merata, serta kondisi infra struktur yang belum sepenuhnya mantap merupakan kendala bagi usaha pengembangan agribisnis.
Struktur agribisnis yang ada saat ini lebih dapat digolongkan sebagai tipe dispersal, dengan ciri tiadanya hubungan organisasi fungsional diantara setiap tingkatan usaha. Jaringan agribisnis hanya diikat dan dikoordinir oleh mekanisme pasar (harga). Hubungan antara sesama pelaku agribisnis hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan tidak menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Bahkan hubungan diantara pelaku agribisnis cenderung berkembang menjadi bersifat eksploratif yang pada akhirnya menjurus ke kematian bersama. Lebih ironis lagi pola agribisnis dipersal tersebut diperburuk oleh berkembangnya asosiasi pengusaha horizontal (usaha sejenis) yang bersifat asimetri dan cenderung bersifat sebagai kartel. Hal ini terlihat dari tiadanya asosiasi para pelaku agribisnis yang efektif di tingkat hulu (petani), sedangkan asosiasi pelaku agribisnis di tingkat hilir (industri pengolahan, pedagang/eksportir) sangatlah kuat.
Hubungan impersonal-eksploitatif dan tiadanya asosiasi agribisnis vertikal tentu akan menyebabkan kalitas produk (komoditi) pertanian tidak dapat disesuaikan dan dijamin seperti yang diinginkan oleh konsumen. Hal ini terjadi karena:
a. Informasi tentang karakteristik produk yang diinginkan konsumen tidak sampai dengan cepat dan tepat ke seluruh tingkatan agribisnis mulai dari hilir hingga hulu (petani).
b. Kegiatan setiap tahapan agribinsnis tidak terpadu secara vertikal sehingga kualitas produk akhir yang dihasilkan tidak dapat dijamin.
c. Pasar cenderung terdistorsi sehingga tidak ada insentif untuk meningkatkan mutu produk.
Struktur agribisnis dispersal tidak sesuai lagi dengan tuntutan perubahan fundamental dalam pasar global, dan hal ini pulalah yang menyebabkan daya saing agribisnis Indonesia pada umumnya masih lemah.
Dari segi transfer teknologi (modernisasi) struktur agribisnis dispersal juga tidak baik, karena menjadikan yang paling mengetahui dan akses terhadap perkembangan teknologi modern adalah kelompok agribisnis yang berada pada kutub hilir. Kutub hulu yang berada di pedesaan kurang akses terhadap informasi maupun pasokan teknologi modern. Modernisasi teknologi pertanian akan lambat, bahkan terjadi dualisme kemajuan teknologi yang sangat kontras pada kedua kutub tersebut.
Sebagai upaya untuk pemecahan masalah di atas perlu dilakukan proses konsolidasi usahatani komoditas unggulan sampai pada skala produksi yang efisien. Petani dari masing-masing desa berada pada wadah kelompok tani komoditas unggulan. Kelompok-kelompok tersebut diarahkan berorientasi bisnis, dan merasa perlu untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama Agribisnis. Dalam perkembangannya Kelompok Usaha Bersama Agribisnis diharapkan menjadi Koperasi Agribisnis, dengan wilayah usaha dalam satu kecamatan.
Koperasi agribisnis inilah yang diharapkan melakukan kemitraan dengan pola vertikal diantara seluruh tahapan vertikal agribisnis dalam alur produk melalui mekanisme non-pasar, sehingga karakteristik produk akhir yang dipasarkan dapat dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen akhir.


Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tulungagung.

MODEL-MODEL ANALISIS RAGAM DAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN

MODEL-MODEL ANALISIS RAGAM
DAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN

Eni Setyowati*


ABSTRACT
Ragam Analysis or Analysis of Variance (ANOVA) can be used to test for the equality of three or more population mean. Data obtained from observational or experimental studies can be used for the analysis. In this text there are three kinds of Ragam Analysis: (1) Ragam Anaysis I (One-Way Anova or A completely randomized design) is an experimental design in which the treatments are randomly assigned to the experimental units, (2) Ragam Analysis II (Randomized Block Design) is the experimental units are heterogeneous, blocking can be used to form homogeneous groups), and (3) Ragam Analysis III (Factorial Design) is valuable design when simultaneous conclusions about two or more factors are required.


Kata kunci: Analisis Ragam, Aplikasi, Penelitian,

Pendahuluan
Dalam suatu penelitian kuantitatif data yang diperoleh tentunya harus diolah dan dianalisis sehingga menjadi suatu informasi yang kita inginkan. Proses perolehan, pengolahan, dan analisis data biasanya disebut sebagai metode statistika. Statistika merupakan subyek yang sedang tumbuh cepat, sehingga banyak hasil penemuan yang menggunakan metode statistika. Dalam penerapan statistika, prinsip-prinsipnya berlaku secara umum, walaupun tekniknya berbeda.
Statistika bermula sebagai suatu cara berhitung untuk membantu pemerintah yang ingin mengethui kekayaan dan banyaknya warganya dalam usaha menarik pajak ataupun untuk berperang. Menurut Hadi Sutrisno (1996: 3) statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Dalam Setyowati, Eni (2008: 1) Statistika adalah ilmu mengumpulkan, menata, menyajikan, manganalisis, dan menginterpretasikan data menjadi informasi untuk membantu pengambilan keputusan yang efektif. Sedangkan analisis data itu sendiri, menurut Hasan, Iqbal (2006: 29) dapat diartikan sebagai berikut: (1) membandingkan dua hal atau dua nilai variabel/lebih untuk mengetahui selisih/rasio kemudian diambil kesimpulan, (2) proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, (3) proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis.
Adapun kelebihan analisis data dengan statistika adalah: (1) memungkinkan mendeskripsikan tentang sesuatu secara eksak. Simbol-simbol verbal lebih efisien daripada bahasa verbal, (2) memungkinkan seseorang untuk bekerja secara eksak dalam proses dan cara berpikir. Meskipun tidak mutlak benar, namun dapat menetapkan sampai tingkat mana kesimpulan tersebut benar, (3) peneliti memberikan rangkuman hasil penelitian dalam bentuk yang lebih berarti dan lebih ringkas karena memberikan aturan-aturan tertentu, (4) dapat menarik kesimpulan umum, dan (5) memungkinkan untuk mengadakan ramalan Dan tujuan analisis data adalah; (1) memecahkan masalah-masalah penelitian), (2) memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian, (3) memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian, dan (4) bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya. (Hasan, Iqbal, 2006: 30)
Analisis data itu sendiri ada yang berbentuj analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif yaitu alat analisis yang menggunakan model-model, seperti model matematika. Hasil analisis kuantittatif disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam bentuk uraian. Sedangkan analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model amtematika. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada pengecekan dan tabulasi data. Salah satu model analisis data kuantitatif dengan statistik adalah analisis ragam.
Sebelum kita melakukan analisis ragam kita perlu memahami dulu tentang konsep rancangan percobaan, karena analisis ragam merupakan penelitian percobaan atau eksperimen.

Rancangan Percobaan
Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu secara teoritis, percobaan diartikan sebagai tes atau penyelidikan terencana untuk mendapatkan fakta baru (Steel and Torrie, dalam Herawati Nita, 2007: Online). Rancangan percobaan dapat diartikan sebagai tes atau serangkaian tes dimana perubahan yang berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem sehingga kita dapat mengamati dan mengidentifikasi alasan-alasan perubahan pada respon output. Sedangkan menurut Miliken dan Johnson dalam Herawati, Nita (2007: Online), rancangan percobaan merupakan hal yang sangat berhubungan dengan perencanaan penelitian untuk mendapatkan informasi maksimum dari bahan-bahan yang tersedia. Dan dapat juga diartikan sebagai seperangkat aturan/cara/prosedur untuk menerapkan perlakuan kepada satuan percobaan.
Dari berbagai definisi di atas, jelas bahwa tujuan percobaan adalah serupa yaitu menjawab satu atau lebih pertanyaan untuk mendapatkan informasi maksimum dengan cara: (1) Menentukan variabel mana yang paling berpengaruh terhadap tanggapan (respon), (2) Menentukan bagimana menset pengaruh variabel independent sehingga variabel dependen mendekati nilai nominal yang dikehendaki, (3) Menentukan bagaimana menset pengaruh variabel independent sehingga ragam variabel dependen kecil, (4) Menentukan bagaimana menset variabel independent sehingga variabel tak terkontrol sekecil mungkin.
Dalam merancang suatu penelitian, peneliti sering melakukan kontrol terhadap pengaruh-pengaruh tertentu seperti perlakuan, populasi, atau kombinasi perlakuan. Oleh karena itu, sebelum penelitian berlangsung timbul beberapa pertanyaan yang harus dijawab: (1) Berapa banyak perlakuan yang harus diterapkan, (2) Berapa kali setiap perlakuan harus diamati, (3) Apa saja satuan percobaannya, (4) Bagaimana menerapkan perlakuan ke satuan percobaan dan mengamati responnya, (5) Dapatkah hasil rancangan tadi dianalisis dan dibandingkan?
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus secara langsung dan tidak dapat dijawab secara umum. Disinilah rancangan percobaan digunakan sehingga dapat memainkan peranan penting dalam proses pengembangan dan proses mencari dan memecahkan kesulitan guna meningkatkan penelitian.
Tiga prinsip utama dalam rancangan percobaan adalah: (1) Ulangan. Ulangan adalah diterapkannya satu perlakuan kepada lebih dari satu satuan percobaan. Ulangan merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian dan mempunyai fungsi untuk menyediakan galat percobaan, meningkatkan presisi dengan menurunkan simpangan baku, meningkatkan generalisasi; (2) Pengacakan. Pengacakan adalah yang mendasari metode statistika dalam rancangan percobaan. Pengacakan adalah penerapan perlakuan kepada satuan percobaan sehingga semua/setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama untuk menerima suatu perlakuan. Konsep pengacakan ini berlaku juga untuk pengambilan sub sample atau penentuan satuan pengamatan. Pengacakan berfungsi untuk menghindarkan bias, menjamin adanya kebebasan antar pengamatan, dan mengatasi sumber keragaman yang diketahui namun tidak dapat diduga pengaruhnya; (3) Pengelompokkan. Pengelompokkan adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan ketelitian percobaan. Pengelompokan dilakukan kalau terdapat sumber keragaman yang dapat diketahui dan pengaruhnya dapat diperkirakan. Bahan percobaan disusun dalam kelompok-kelompok satuan percobaan yang relative seragam (Herawati, Nita, 2007: Online)
Randangan percobaan terdiri dari dua struktur dasar yaitu (1) Struktur perlakuan (Tratment Structure) yang terdiri dari set perlakuan, kombinasi perlakuan atau populasi yang telah dipilih oleh peneliti untuk dipelajari atau dibandingkan. Struktur perlakuan disusun untuk menjawab pertanyaan/perumusan masalah percobaan/penelitian, mencapai tujuan percobaan/penelitian dan menguji hipotesis penelitian. Struktur perlakuan/rancangan penelitian ini yang akan sangat membantu dalam menentukan teknik pemisahan nilai tengah. (2) Struktur rancangan (design structure) meliputi pengelompokan satuan-satuan percobaan dalam kelompok-kelompok yang homogen. Bila satuan percobaan relative homogen maka tidak perlu dilakukan pengelompokkan. (Herawati, Nita, 2007: Online). Setelah struktur perlakuan dan struktur rancangan ditentukan, rancangan percobaan dipilih sesuai dengan metode yang digunakan untuk menerapkan secara acak perlakuan dari struktur perlakuan ke satuan percobaan pada struktur rancangan. Jadi rancangan percobaan meliputi: (1) pemilihan struktur perlakuan, (2) pemilihan struktur rancangan, dan (3) metode pengacakan.
Seperti telah kita ketahui, tujuan percobaan adalah menentukan apakah ada perbedaan yang nyata antara nilai tengah perlakuan dan menduga besarnya beda itu bila ada. Untuk itu maka pengacakan dan ulangan hendaknya dimasukkan ke dalam percobaan dengan cara yang benar. Ulangan memungkinkan kita menghitung galat percobaan. Pengacakan menjamin diperolehnya ukuran galat percobaan yang sah. Pemilihan antara percobaan dengan pengacakan yang sesuai dan sistematik adalah seperti pilihan antara jalan yang telah diketahui panjang dan kondisinya dengan jalan yang baik panjang ataupun kondisinya belum diketahui, kecuali bahwa jalan itu pendek. Mungkin lebih memuaskan untuk mengetahui berapa jauh yang harus ditempuh dan bagaimana rasanya perjalanan itu daripada mengambil jalan yang kondisinya belum diketahui kecuali hanya lebih pendek.

Analisis Ragam
Analisis ragam pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald & Fisher dan pada dasarnya merupakan proses aritmetika untuk membagi jumlah kuadrat total menjadi komponen-komponennya yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui (Steel and Torrie, 1993: 168). Dalam Hadi, Sutrisno (1993: 367), analisis ragam disebut juga sebagai analisis varians yaitu alat untuk menguji hipotesa nihil tentang perbedaan mean yang lebih dari dua sample secara sekaligus. Menurut Suharyadi (2004: 440), analsisis ragam disebut juga analisis varians (ANOVA) yang digunakan untuk membedakan tiga nilai tengah atau lebih dengan asumsi ANOVA yang mendasar adalah (a) sample diperoleh dari populasi yang normal, (b) setiap populasi mempunyai standar deviasi yang sama, dan (c) semua populasi bersifat bebas satu sama lainnya. Dari bebarapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis ragam adalah suatu metode yang menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman dengan tujuan menguji kesamaan beberapa nilai tengah secara sekaligus.
Analisis ragam merupakan pemisahan jumlah kuadarat total ke dalam komponen-komponennya yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui. Dalam analisis ragam yang melibatkan uji nyata, asumsi dasarnya adalah: (1) Pengaruh perlakuan dan lingkungan aditif, (2) Galat percobaan bersifat acak, menyebar bebas dan normal di sekitar nilai tengah nol dan ragam umum (sama). Asumsi-asumsi dasar ini merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis ragam. Tidak terpenuhinya satu atau lebih asumsi dapat mempengaruhi baik tingkat nyatanya (level of significance) maupun kepekaan F atau t terhadap penyimpangan sesungguhnya dari hipotesis nol.
Dalam kasus ketidaknormalan, tingkat nyata yang sesungguhnya biasanya lebih besar daripada yang dinyatakan. Ini mengakibatkan peluang ditolaknya hipotesis nol padahal hipotesis itu benar lebih besar, dengan kata lain terlalu sering dikatakan berbeda nyata padahal sesungguhnya tidak. Peneliti mungkin berpikir bahwa ia menggunakan taraf nyata 5 persen padahal sesungguhnya 7 atau 8 persen. Bila asumsi aditifitas tidak terpenuhi akan mengakibatkan keheterogenan galat. Komponen ragam galat yang disumbangkan oleh berbagai pengamatan tidak menduga ragam yang sama. Hal ini mengakibatkan asumsi ragam umum secara otomatis menjadi tidak terpenuhi juga. Sedangkan asumsi kebebasan galat akan didapat secara langsung bila pengacakan dilakukan.
Karena asumsi-asumsi dasar ini bersifat mutlak, setelah data didapatkan dari hasil penelitian, maka langkah awal adalah menguji dulu apakah data tersebut memenuhi asumsi-asumsi yang ada. Saat ini banyak sekali software-software statistic yang dapat membantu peneliti melakukan pengujian asumsi-asumsi ini dengan lebih mudah. Dan bila asumsi-asumsi tersebut setelah pengujian ternyata tidak terpenuhi salah satu cara mengatasinya adalah dengan melakukan transformasi data.
Pada dasarnya analisis ragam dibagai menjadi lima kategori, yaitu (1) Analisis Ragam I (Klasifikasi Satu Arah/One Way Anova/A completely randomized design), (2) Analisis Ragam II ( Klasifikasi Banyak Arah/Randomized Block Design), (3) Analisis Ragam III (Percobaan Faktorial/Factorial Design), (4) Analisis Ragam IV (Rancangan Petak Terbagi), dan (5) Analisis Ragam V (Banyaknya Anak-Kelas tidak sama) (Steel and Torry, 1993: 168). Dalam tulisan ini hanya akan dijelaskan analisis ragam I, II, dan III.



Analisis Ragam I (One-Way ANOVA)
Menurut Santoso, Singgih (2007: xxvi), Analisis ragam I digunakan untuk completely randomized design. Desain ini paling sederhana dan hanya menguji isi kolom data. Prosedur statistic yang digunakan adalah one-way anova. Sekarang ini dengan bantuan software statistic yang ada seperti SPSS, statistic dan sebagainya kita akan lebih mudah melakukan uji anova tanpa melakukan perhitungan secara manual. Dalam pembahasan nanti kita akan mencoba menggunakan bantuan software aplikasi statistic yaitu SPSS 16.0.
Panduan mengerjakan pengujian one-way anova adalah sebagai berikuit:
1. Tentukan Ho dan Hi
2. Tentukan confidence level atau significant level; pada umumnya tingkat kepercayaan (confidence level) adalah 95% sehingga tingkat signifikan (significant level) adalah 100% - 95% = 5%
3. Tentukan prosedur statistic yang akan digunakan:

Rumus SSB di atas dapat dihitung dengan cara:


Rumus SSW di atas dapat dihitung dengan cara:

Dimana SST (sum of square total) adalah toatal kuadrat semua nilai data, yang dapat dinyatakan dengan rumus:



4. Ambil kesimpulan untuk menerima atau menolak H0
Jika statistic hitung < statistic table, maka H0 diterima.
Jika statistic hitung > statistic table, maka H0 ditolak.

Contoh aplikasi: Sebuah penelitian untuk mengetahui apakah dari ketiga tempat belanja pangsa pasarnya berbeda atau tidak. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan diambil secara acak beberapa nama tempat belanja di suatu daerah selama lima tahun. Data hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tahun Supermarket Minimarket Pasar Tradisional
2002 49% 71% 83%
2003 60% 60% 87%
2004 57% 65% 89%
2005 59% 59% 92%
2006 55% 69% 95%
(Kurniawan, 2007: Online)
Analisis: Dalam kasus tersebut yang disebut factor (independent variabel) adalah tempat belanja sedangkan level/perlakuan adalah ketiga tempat belanja dan pangsa pasar adalah dependen variabel.
Prosedur pengujian adalah:
1. Buat hipotesis:
Ho : pangsa pasar dari ketiga tempat belanja relative sama satu sama lain.
(µ1 = µ2 = µ3)
Hi : minimal salah satu pangsa pasar suatu tempat belanja berbeda dengan tempat belanja yang lain.
2. Tingkat kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 5%.
3. Prosedur statistic dengan SPSS 16.0
TAHUN TEMPAT BELANJA PANGSA PASAR
2002 1 49
2003 1 60
2004 1 57
2005 1 59
2006 1 55
2002 2 71
2003 2 60
2004 2 65
2005 2 59
2006 2 69
2002 3 83
2003 3 87
2004 3 89
2005 3 92
2006 3 95

Analisis dengan SPSS adalah sebagai berikut:







Descriptives
PANGSA PASAR
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval of Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
1
2
3
Total 5
5
5
15 56.00
64.80
89.20
70.00 4.359
5.310
4.604
15.194 1.949
2.375
2.059
3.923 50.59
58.21
83.48
61.59 61.41
71.39
94.92
78.41 49
59
83
49 60
71
95
95

ANOVA
PANGSA PASAR
Sum of Squares df Mean Squares F Sig.
Between Groups
Within Groups
Total 2958.400
273.600
3232.000 2
12
14 1479.200
22.800 64.877 .000
(Setyowati, Eni, 2008)
Didapat:
F hitung = 64,877
F table (0.05;2,12) = 3,88
Kesimpulan:
Oleh karena F hitung>F table, maka Ho ditolak
Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga tempat belanja yang diamati menghasilkan minimal terdapat satu pangsa pasar yang berbeda pada ketiga ketiga tempat belanja atau dengan kata lain dari ketiga tempat belanja terdapat perbedaan pangsa pasar.

Analsisi Ragam II (Klasifikasi Banyak Arah)
Dalam analisis ragam II kita tidak hanya menggunakan satu klasifikasi tetapi banyak klasifikasi. Mengadakan klasifikasi ganda ini bukan saja mungkin dikerjakan dalam banyak penyelidikan tetapi juga sangat berguna untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih teliti. Menurut Santoso, Singgih (2007: xxviii) analisis ragam II ini digunakan untuk randomized block design. Desain ini menguji isi kolom dan baris data. Prosedur statistic yang digunakan sama dengan one-way anova.
Contoh aplikasi: sama dengan soal analisis ragam I tetapi variabel tahun dimasukkan dalam pengujian untuk mengetahui apakah tahun 2002 sampai 2006 berdampak pada pangsa pasarnya. Suatu peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui apakah macam-macam tempat belanja memberikan hasil yang berbeda atau tidak terhadap pangsa pasar. Setiap tempat belanja diterapkan selama 5 tahun. Data hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tahun Supermarket Minimarket Pasar Tradisional
2002 49% 71% 83%
2003 60% 60% 87%
2004 57% 65% 89%
2005 59% 59% 92%
2006 55% 69% 95%
(Kurniawan, 2007: Online)
Pada model ini ada variabel block, yakni Tahun. Sekarang akan ada dua pengujian, yakni pengaruh tempat belanja dan pengaruh tahun, dalam bahsa statistic ada pengujian kolom dan baris.
Untuk menguji kolom yang berisi variabel tempat belanja prosedur yang dilakukan:
1. Buat hipotesis:
Ho : pangsa pasar pada ketihga tempat belanja relative sama satu sama lain.
(µ1 = µ2 = µ3)
Hi : minimal salah satu pangsa pasar suatu tempat belanja berbeda dengan tempat belanja yang lain.
2. Tingkat kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 5%.
3. Prosedur statistic dengan SPSS 16.0
TAHUN TEMPAT BELANJA PANGSA PASAR
2002 1 49
2003 1 60
2004 1 57
2005 1 59
2006 1 55
2002 2 71
2003 2 60
2004 2 65
2005 2 59
2006 2 69
2002 3 83
2003 3 87
2004 3 89
2005 3 92
2006 3 95
Analisis dengan SPSS adalah sebagai berikut:
Descriptives
PANGSA PASAR
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval of Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
1
2
3
Total 5
5
5
15 56.00
64.80
89.20
70.00 4.359
5.310
4.604
15.194 1.949
2.375
2.059
3.923 50.59
58.21
83.48
61.59 61.41
71.39
94.92
78.41 49
59
83
49 60
71
95
95

ANOVA
PANGSA PASAR
Sum of Squares df Mean Squares F Sig.
Between Groups
Within Groups
Total 2958.400
273.600
3232.000 2
12
14 1479.200
22.800 64.877 .000
(Setyowati, Eni, 2008)
Didapat:
F hitung = 64,877
F table (0.05;2,12) = 3,88
Kesimpulan:
Oleh karena F hitung>F table, maka Ho ditolak
Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga tempat belanja yang diamati menghasilkan minimal terdapat satu pangsa pasar yang berbeda pada ketiga ketiga tempat belanja atau dengan kata lain dari ketiga tempat belanja terdapat perbedaan pangsa pasar.

Prosedur untuk menguji baris yang berisi variabel tahun adalah sebagai berikut:
Ho : tidak ada perbedaan yang signifikan antara tahun ke tahun pada pangsa pasar yang ada
Hi : minimal ada satu tahun dengan pangsa pasar yang berbeda dibanding tahun yang lain
Pada SPSS, digunakan menu GENERAL LINEAR MODEL



TAHUN TEMPAT BELANJA PANGSA PASAR
1 1 49
2 1 60
3 1 57
4 1 59
5 1 55
1 2 71
2 2 60
3 2 65
4 2 59
5 2 69
1 3 83
2 3 87
3 3 89
4 3 92
5 3 95

Analisis dengan SPSS diperoleh sebagai berikut:
Test of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PANGSA PASAR
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
Intercept
TAHUN
TEMPAT BELANJA
Error
Total
Corrected Total 2350.124a
64681.633
19.317
2247.100
212.233
67707.000
2562.357 6
1
4
2
7
14
13 391.687
64681.633
4.829
1123.550
30.319 12.919
2.133E3
.159
37.058 .002
.000
.952
.000
a. R Squared = .917 (Adjusted R Squared = .846)
(Setyowati, Eni, 2008)

Nilai p (sig) untuk variabel tempat belanja = 0,000 Nilai p (sig) untuk variabel Tahun = 0,952. Nilai nama mempunyai nilai probabilitas diatas 5 % sehingga terima Ho.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar tidak berbeda nyata dari tahun ke tahun, rata-rata pangsa pasar ketiga tempat belanja relative sama baik untuk tahun 2002, 2003, 2004, 2005, dan 2006. Sedangkan variabel tempat belanja sudah dianalisis dengan kesimpulan tetap yaitu terdapat perbedaan yang jelas pada pangsa pasar dilihat dari tempat belanja yang ada.
Jadi dengan menggunakan analisis ragam II kita dapat melakukan pnegujian terhadap dua variabel sekaligus sehingga kita dapat melakukan penelitian yang lebih kompleks.
Analisis Ragam III (Percobaan Faktorial)
Dalam analisis ragam III ada sejumlah perlakuan dalam masing-masing dari beberapa kategori sehingga membentuk grid perlakuan. Pemilihan rancangan perlakuannya membawa pada penguraian jumlah kuadrat perlakuan ke dalam komponen-konponen yang aditif berikut uji hipotesisnya (Steel and Torrie, 1993: 403).
Faktor adalah sejenis perlakuan, dan di dalam percobaan factorial, setiap factor mempunyai beberapa perlakuan. Jadi percobaan factorial adalah percobaan yang perlakuannya terdiri atas semua kemungkinan kombinasi taraf dari beberapa factor. Percobaan ini memberi manfaat sangat besar pada penelitian eksplanatori, yang pengetahuan kita tentang taraf optimum dari setiap factor masih sangat minim. Percobaan ini menguji isi kolom dan baris data, serta ada tidaknya interaksi antara isi kolom dan baris. Prosedur satatistik yang digunakan adalah TWO-WAY ANOVA.
Contoh aplikasi: Selama ini ada empat bus yang melayani jurusan Magelang-Semarang. Ingin diketahui waktu tempuh keempat bus tersebut relative sama dan apakah ada interaksi antara hari kerja dengan kinerja (nama bus)
Hari Bus Arimbi Bus Mulia Bus Rejeki Bus Dewata
Senin 150 165 160 165
Senin 160 155 160 175
Selasa 143 160 150 175
Selasa 155 165 170 165

Pada model ini dilakukan uji interaksi antar variabel kolom dan baris.
1. Buat hipotesis
Ho : Tidak ada interaksi antara bus dengan hari kerja bus tersebut
Hi : Ada interaksi antara bus dengan hari kerja bus tersebut
2. Prosedur dengan SPSS 16.0




Hari Nama Bus Nama Bus*Hari Waktu Tempuh
1 1 1 150
1 1 1 160
1 2 2 165
1 2 2 155
1 3 3 160
1 3 3 160
1 4 4 165
1 4 4 175
2 1 2 143
2 1 2 155
2 2 4 160
2 2 4 165
2 3 6 150
2 3 6 170
2 4 8 175
2 4 8 165

Analisis dengan SPSS diperoleh sebagai berikut:
Test of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: WAKTU TEMPUH
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
Intercept
Nama Bus HAri
Error
Total
Corrected Total 516.688a
373069.225
516.688
661.750
414949.000
1178.438 5
1
5
10
16
15 103.338
373069.225
103.338
66.175 1.562
5.638E3
1.562 .256
.000
.256
a. R Squared = .438 (Adjusted R Squared = .158
(Setyowati, Eni, 2008)
Nilai p (sig) untuk variabel nama_bus_hari adalah 0,256 yang diatas 5% maka Ho diterima.
Dapat disimpulkan: Tidak ada interaksi antara hari kerja dengan kinerja (nama bus) atau hari senin atau selasa tidak terkait dengan kinerja dari bus-bus yang ada untuk menempuh waktu yang berbeda.
Catatan: (1) Jika data hanya satu untuk setiap variabel baris, seperti hanya ada satu data senin, atau data selasa, dan seterusnya, maka factorial design tidak bias dihitung, (2) Analsis factorial design bisa digabung dengan randomized Block design, namun dengan data yang sudah disesuaikan, yakni adanya keragaman data untuk setiap isi variabel baris.
Penutup
Di dalam penelitian analisis ragam mempunyai beberapa keunggulan yaitu kita dapat melakukan penelitian terhadap beberapa variabel secara sekaligus. Analisis ragam merupakan penelitian eksperimen atau percobaan sehingga kita harus memahami lebih dahulu tentang rancangan percobaan. Di semua bidang penelitian kita bisa menganalisis data dengan analisis ragam. Meskipun selama ini analisis ragam banyak digunakan dalam pendekatan biometric (biologi, kedokteran, pertanian, teknik dan sebagainya) namun sesungguhnya dengan analisis ragam kita dapat terapkan ke berbagai bidang yang lain seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sebaginya. Dalam tulisan ini hanya dibahas analisis ragam I, II, dan III bukan berarti analisis ragam IV dan V tidak penting, namun untuk analisis ragam IV dan V cenderung mengarah ke penelitian yang bersifat biometric sehingga disini penulis hanya memaparkan penggunaan analisis ragam yang bersifat umum.











DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sutrisno, Statistik 3, Yogyakarta, Andi Offset, 1996.

Hamang, Abdul, Metode Statistika, Jakarta, Graha Ilmu, 2005.

Hasan, Iqbal, Analisis Penelitian Dengan Statistik, Jakarta, Bumi Aksara, 2006.

Herawati, Nita, 2007, Rancangan Percobaan (Online) http://lemlit.unila.ac.id/file/makalah%20pdf/BAHANMETODOL.DOSEN.pdf, diakses tanggal 28 Januari 2008


Kurniawan, Deni, 2007. Analisis ragam 1 Arah (One Way ANOVA) ineddeni.files.wordpress.com/2007/11/oneway.pdf - Halaman sejenis, diakses tanggal 28 januari 2008


Santoso, Singgih, Soal Jawab Statistik dengan SPSS dan EXCEL, Jakarta, Gramedia, 2007.
Setyowati, Eni, Diktat Maetode Statistika, Tulungagung, STAIN, 2008.

Setyowati, Eni, Modul Aplikasi Statistika dengan SPSS 16.0. Tulungagung, STAIN, 2008.

Steel and Torrie, Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung, Tarsito, 1996.

Suharyadi, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Jakarta, Salemba Empat, 2004.

Kamis, 30 April 2009

SABAR

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK. Ini adalah oleh-oleh dari kuliah STUDI MANDIRI II Oleh Prof. Sutiman